SEHARUSNYA SEMANTAP JOGED CAISAR
20.29
(Hendra Amalfi, MD)
Beberapa waktu terakhir
di salah satu stasiun televisi swasta, lagi gencar-gencarnya menayangkan joged Caisar. Tak heran lagi, bak gangnam style yang juga sempat "meracuni" banyak
penduduk dunia dengan goyangannya yang unik dan kocak, joged caisar ternyata
juga mendapatkan tempat di hati masyarakat, terkhusus di Indonesia. Mulai dari
golongan usia muda hingga tua, semuanya hafal dan tampak energik saat menirukan
joged caisar ini. Joged yang diiringi dengan alunan musik dangdut, musik khas
Indonesia, ini menjadikan caisar style semakin meng-Indonesia. Bahkan di
stasiun televisi tersebut, joged caisar ini juga diperlombakan. Mereka yang
bisa bergoyang dengan atraktif dan semirip mungkin dengan gaya caisar akan
mendapatkan hadiah. Begitulah fenomenal caisar style, mungkin yang sedang
membaca artikel ini pernah memparaktikanya? Atau mungkin malah sering melihat
tayangannya di televisi? Benar! Itu hanyalah sekedar pelepas penat dan
lagi-lagi joged caisar adalah bagian dari sebuah hiburan.
Melirik caisar style,
sekilas penulis mengajak diri penulis dan pembaca yang istimewa untuk mereview
lagi sebuah rangkaian gerakan-gerakan yang setiap hari kita praktikan. Yup!
Shalat style. Sudahkan gaya dan gerakan shalat kita semantap joged caisar
dengan kemiripan dan kelincahannya sewaktu joged itu diciptakan? Allah telah
menciptakan sebuah gerakan, boleh sekiranya ini disebut pula sebuah style, jauh
sebelum style-style yang ada sekarang hadir ke permukaan bumi. Shalat, seperti
halnya caisar style, merupakan rangkaian gerakan yang diturunkan Allah SWT
kepada Rasulullah SAW untuk dijadikan sebuah ibadah wajib kepada-Nya.
Jika caisar style yang
notabenenya hanyalah sebuah hiburan belaka, bagaimana dengan gaya shalat kita
yang jelas-jelas merupakan suatu kewajiban dan bentuk ibadah seorang muslim kepada Allah SWT?
Jika ada yang lebih energik dan lincah dalam memperagakan caisar style, tentu
seharusnya gerakan-gerakan shalat kita harus lebih sempurna sesuai yang
diajarkan Rasulullah SAW. Kalau ada yang bias lebih mantap dalam memperagakan
Caisar style, maka seharusnya kita jauh lebih mantap dan perfect lagi dalam
gerakan ibadah shalat disamping bacaan yang pastinya menjadi poin dalam
kualitas shalat kita. Tulisan ini tidak bermaksud men-judge atau menggurui, hanya sekedar ingin berbagi dan saling mengingatkan. Semangat berislam! (Bogor, 20.21)
Cita-Cita Tak Mesti Mengikut Kita Kuliah Dimana
18.10Ada yang membedakan antara cita-cita dan obsesi? Mereka mungkin kurang lebih sama, tapi pasti berbeda. Dari sini saya membangun semangat untuk meraih cita-cita saya berikutnya. Cita-cita adalah sebuah penekanan yang lahir dari hati, bukan dari emosi.
Begitulah, 5 bulan silam diawal bulan ke-5 tahun 2013, saya mulai memberikan penekanan pada hidup saya bahwa ini adalah cita-cita yang dahulu sempat saya simpan. Bukan obsesi! Walau saat rekan-rekan saya mengetahui ini, hampir semua tidak menyetujuinya.
Menjadi penyiar adalah cita-cita saya. Bahkan lebih dahulu lahir sebelum akhirnya saya mengikuti pendidikan kedokteran. Banyak yang komplain dan kurang mendukung, dan bahkan karena takut, saya sempat merahasiakannya dari orang tua.
Ketika saya memulai secara perdana cuap-cuap di depan microphone, oh tidak...! Saya benar-benar tidak bisa membayangkan. Saya telah memulainya. Dengan berbagai perjuangan dan pengorbanan untuk memperolehnya. Tidak pernah saya menginginkan harapan ini hengkang dan cita-cita ini terkubur lagi. Saya takut dia tak lagi mau bangkit.
Saya nyaman dengan profesi ini. Menggandeng satu sama lain, Alhamdulillah. Kulaih di kedokteran bukan berarti tidak boleh menjadi yang lain. Bukankah begitu teman?